Kamis, 21 Juli 2016

Cerita anak Kedua

Hello… Kali ini aku sedikit mau cerita si tentang bagaimana menjalani kehidupan menjadi anak ke-2. Tapi tujuan untuk menulis ini bukan hanya sekedar mencari perhatian tapi juga ingin mensharing bagaimana pengalaman yang aku hadapi. Oke lets start…
            Di dalam sebuah kehidupan pastilah seorang orang tua bangga dengan hadirnya seorang anak yang dititipkan Tuhan kepadanya, Anak merupakan sebuah anugerah yang sangat indah yang didapatkan para orang tua diseluruh dunia ini. Di cerita ini mungkin terdapat banyak kesalahan dan pemahaman yang berbeda karena cerita ini didasari oleh “ perasaan”. Oke langsung saja tanpa basa-basi yaa..
Aku merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Aku memiliki seorang kakak laki-laki dan adik perempuan. Kehidupanku masa kecilku sama seperti anak lainnya, bermain bersama teman lalu tertawa bersama, bercerita, menangis, kenakalan seorang anak dan lainnya. Untuk mengingat masa kecilku sebenarnya agak sedikit terlupa karena aku mempunyai banyak pengalaman. Aku ini merupakan seorang anak yang memiliki masalah pada daya ingat, namun daya ingatku ini bukanlah hal yang luar biasa yang patut dibanggakan sehingga aku tidak sombong haha.. daya ingat ku ini sedikit berguna karena aku dapat mengingat kejadian dimasa lalu dimana aku kecil sekitar usia 3-4 tahun. Namun aku sedikit kecewa  dengan memori ku ini karena hal yang aku ingat bukanlah hal manis yang dapat aku ceritakan dan membuat bahagia. Yaa aku lebih sering mengingat hal yang buruk yang terjadi padaku saat aku masih kecil, dimana aku dimarahi orang tuaku, dibully dengan temanku hingga hal lainnya. Aku ingat betul bagaimana kejadian buruk yang menimpa diriku pada masa kecil entahlah hal tersebut sangatlah aneh, aku sudah mencoba untuk melupakan segala hal buruk yang terjadi ketika masa kecil namun hal tersebut justru makin memburuk. Sekitar usia 3-4 tahun tersebut aku belum memiliki adik. Aku ini merupakan tipe orang yang pendiam dan cuek, mungkin justru banyak yang beranggapan aku ini orang yang tidak peduli J padahal dalam kenyataannya tidak.
Menjadi anak ke-2, sebenarnya anak diposisi ini banyak yang bilang “enak” dan ada yang bilang “tidak”. Ya kedua hal tersebut memang berbeda namun pasti banyak yang merasakannya. Menjadi anak kedua itu hal yang tidak mudah dimana harus memposisikan dirinya menjadi penengah antara sang kakak dan sang adik. Dalam suatu hal anak kedua ini terkadang menjadi serba salah dalam mengambil segala keputusan karena harus adil dengan saudara lainnya, yaa hal itulah yang sering terjadi kepadaku. Dimana aku harus mengalah dengan adikku dan harus menghormati juga kakakku. Terkadang aku ingin berganti posisi dengan mereka agar aku tidak merasa bingung dengan hal ini. Aku merasa menjadi anak kedua kurang mendapat perhatian, entahlah mungkin ini hanya perasaan iri saja atau lainnya, aku merasa kedua orang tuaku kurang memperhatikan diriku, mereka lebih focus dengan kakak atau adikku saja. Aku tipe orang yang pendiam namun ingin diperhatikan, jadi saat aku butuh perhatian dan butuh orang yang ingin diajak bercerita aku tidak mendapatkan hal itu. Sikap orang tua menentukan bagaimana sifat si anak, ya ini benar. Karena aku kurang mendapat perhatian aku menjadi anak yang seperti ini, pendiam yang tak tau ingin berbagi cerita kepada siapa karena tak ada yang mengerti bagaimana perasaanku. Aku orang yang memendam amarah dan kekecewaan dengan sendirinya, aku tak ingin orang tau ketika aku sedang bersedih atau marah namun hal tersebut membuat diriku sakit. Aku lebih suka mengekspresikan diriku seorang diri baik ketika itu sedang marah atau sedih.
Menjadi anak kedua ya harus diterima J karena memang sudah ditakdirkan oleh Tuhan seperti ini. Hal yang membuatku sedih adalah ketika orang tuaku membanggakan kakakku dan memanjakan adikku, aku si orang tengah mendapat apa? Haha. Hal tersebutlah yang membuat diriku kecewa dengan segala hal, kenapa semua ini terjadi kepadaku? Aku selalu bertanya akan hal itu? Apakah Tuhan selalu adil? Kenapa Tuhan menciptakan ku seperti ini?. Pada suatu ketika aku berada dititik kekecewaan terberat dalam hidupku, aku marah dan kecewa dengan Tuhan kenapa semua ini hanya terjadi padaku? Kenapa aku harus dilahirkan bila semuanya membuatku sakit dan sedih. Pada saat itu aku menangis dan sangat kecewa sekali, dan bisa dibilang aku mengalami depresi yang berat. Tapi pada saat seperti itu dunia seaakan bisu, tak ada yang mengerti bagaimana perasaanku saat itu! Terutama keluargaku yang paling dekat denganku. Aku tak mengerti kenapa hal ini terjadi padaku ketika aku masih kecil (8-10 tahun) yang dimana seharusnya aku menerima sebuah hal manis dan indah L. Aku selalu bertanya kepada Tuhan.
“Ya Tuhan, dimanakah keadilanmu untukku? Aku ingin hidup seperti anak lain yang bahagia tanpa memikirkan hal yang menyedihkan ini. Apakah kau sungguh menempatkanku pada keluarga yang tepat? Namun mengapa hal ini membuat ku sedih dan tak tau harus berbuat apa. Aku ingin bahagia sama seperti anak lainnya dengan keluarganya.”

Mungkin cerita ini akan berlanjut… karena suatu hal aku harus memberhentikan cerita ini dulu sesaatJ See you…
ditunggu comentnya :)